Panduan Simpel Test Metalurgi Bijih Emas

Bismillaaah

Nizar A K

Bagaimana bila suatu saat ada seseorang datang membawa sampel bijih emas dan kemudian bertanya  “Pak, bisa tolong dibantu bagaimana cara mengetest biijh ini?”. Sebagai metallurgist, bila kita menjawab “tidak tahu” tentu malu juga, idealnya ya kita menjawab “oh boleh pak, coba saya cek dulu.. bla bla bla”

 

Nah, apa yang mau dicek? 

 

Pertanyaan yang muncul di atas memang terlihat simpel, tapi malu juga bila tidak bisa menjawabnya kan. Peran kita sebagai engineer salah satunya adalah menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan/teknologi kepada orang awam yang masih awam. Menjadi jembatan ya salah satumya seperti itu tadi, menjawab ketika ada yang bertanya suatu hal yang sesuai dengan keilmuan kita. Ketika menjawab pun ada baiknya kita  menggunakan bahasa yang mudah. Apalagi bila yang bertanya adalah masyarakat umum. Jangan gunakan istilah atau bahasa-bahasa yang kira-kira akan sulit dicerna ketika menjawab. Misalkan, tiba-tiba Anda menyampaikan teori kinetika pelindian orde 1, 2,3 atau ilmu termodinamika dll.. waah, bila yang bertanya adalah orang yang pernah kuliah metalurgi maka boleh saja menjawab demikian, tetapi bila yang bertanya adalah bapak/ibu yang kebetulan menemukan bijih emas di belakang rumahnya kan malah tidak nyambung nanti.

 

Oke, balik ke topik awal, jadi bagaimana cara kita mengecek bijih emas?, tentunya yang paling simpel saja. Berikut beberapa cara termudah yang bisa diterapkan berdasarkan versi pribadi.


1.     Pertama, tentu cek kadar emas-peraknya dulu ke lab. Apa cukup kadar emas dan perak saja atau perlu yang lain juga? Ya.. karena kita bicara yang simpel, jadi cukup emas dan perak saja. Karena dua itu yang nanti menentukan apakah sampel bijih tersebut berharga atau tidak. Bila ternyata zonk ya buat apa di test.

2.     Kedua, lakukan test pelindian (pelarutan emas) dengan sianida. Tidak perlu test-test yang ribet dulu seperti flotasi, konsentrasi gravitasi dll. Cukup pelindian dengan sianida. Karena sekompleks apapun metode pengolahan emas, ujung2nya ya pakai sianida juga untuk melarutkan emas. Alatnya pun cukup simpel, hanya butuh botol, sianida, mesin pengaduk (agitator). Bila tidak ada pengaduk ya botolnya saja diputar dengan menggunakan alat bottle roll. Ini adalah alat yang umum digunakan untuk test pelindian. 



Gambar agitator set (kiri) dan bottle roll (kanan)

 

Hasil dari test pelindian ini nantinya akan dijadikan patokan untuk menentukan seberapa sulit tingkat kesulitan sampel bijih yang kita olah. Bila hasil test pelindian cukup tinggi (misal jumlah emas yang dapat diekstrak >85%, berarti Anda tidak perlu ribet-ribet mikir. Cukup lakukan beberapa modifikasi parameter untuk mencoba meningkatkan nilai ekstraksi hingga batas optimum. Sebagai patokan parameter awal bisa kita coba rinci seperti berikut:



Namun bila ternyata rekoveri emas yang diperoleh cukup rendah, misal dibawah 80% maka ada kemungkinan sampel bijih yang diolah merupakan bijih berjenis refraktori. Contohnya bijih yang mengandung mineral sulfida dimana butiran emas terisolasi di dalam mineral sulfida sehingga reaksi dengan sianida terhalang atau bisa juga bijih mengandung unsur karbon alami berukuran halus yang pada saat proses sianidasi akan mencuri emas yang sudah terlarut. Selain itu ada juga kasus dimana kehadiran minera-mineral tertentu didalam bijih akan ikut mengkonsumsi sianida yang kita tambahkan, sehingga proses ekstraksi emas oleh sianida akan berkurang keefektifannya. Untuk lebih memastikan detail penyebab rendahnya rekoveri emas maka dibutuhkan test sianidasi yang lebih komplit dan juga analisa mineralogi. Bila dibahas disini, bisa jadi judul satu tulisan lagi.. hehe. Oleh karenanya kita akan coba skip bagian tersebut dan fokus untuk bagaimana mengoptimalkan pengolahan emas dengan nilai rekoveri yang terindikasi rendah, tentunya dalam versi sederhana. Poin-poin dibawah ini dapat dicoba secara bergantian sambil dianalisa pengaruhnya masing-masing dan tentunya juga dihitung nilai ekonomisnya.


1.   Tingkatkan kehalusan penggilingan. Misalkan diawal tadi ukuran material adalah 75% lolos ayakan 75 mikron (atau 200 mesh) maka kali ini coba tingkatkan lagi menjadi 90% lolos ayakan.

2.  Tambah lagi waktu pelindian. Misal diawal hanya 24 jam, coba tambah menjadi 36 atau 48 jam.

3. Naikkan konsentrasi karbon. Berdasarkan pengalaman, penambahan karbon aktif selain dapat meminimalisir penyerapan emas oleh karbon bawaan bijih juga dapat meningkatkan laju kinetika. Dapat dicoba untuk menambah karbon hingga 2x lipat.

4.  Bisa saja dicoba meningkatkan lagi kadar konsentrasi sianida. Misal diawal hanya pakai 500 ppm maka kali ini coba naikkan sebesar 50-100%. Selama proses peningkatan tersebut, sambil dicek juga berapa sianida yang tersisa di akhir pelindian. Bila sianida yang tersisa tidak ikut bertambah meski konsentrasi awal sudah dinaikkan dan sementara peningkatan rekoveri emas tidak signifikan maka ada kemungkinan sianida tersebut dikonsumsi oleh mineral lain yang ada didalam bijih.

5.  Bila ada indikasi sianida dikonsumsi oleh mineral lain, maka perlu dilakukan perlakuan awal terhadap lumpur bijih sebelum dicampur sianida. Cara yang umum biasanya dengan meniupkan gelembung udara kepada lumpur selama beberapa jam sebelum ditambahkan sianida. Tujuannya untuk mengoksidasi atau semacam menetralkan mineral pengkonsumsi sianida.

6.  Beberapa literatur juga menginformasikan untuk mencoba penambahan bubuk lead nitrat (PbNO3) untuk menetralkan mineral pengganggu tersebut. Dosis yang dicoba bisa dari 10, 50, 100, 200 gram lead nitrat per ton bijih kering.

7.  Pada skala Lab, saya pernah mencoba merendam bijih emas dalam larutan asam nitrat 1-2 M dengan tujuan melarutkan mineral sulfida. Setelahnya bijih dibilas dan dilarutkan dengan sianida seperti biasa. Hasilnya cukup bagus, bisa secara signifikan meningkatkan rekoveri emas dan perak bersamaan. Kalau tidak salah rekoveri emas bisa naik dari anka 80an ke 90an%. Namun untuk praktek lapangan, apalagi skala besar, perlu untuk diperhatikan faktor safety nya, karena asam nitrat itu korosif dan ketika bereaksi dengan bijih akan mengeluarkan uap asam. 

 

Selain metode di atas, beberapa  literatur juga menyebutkan penggunaan metode yang lebih canggih seperti roasting (dipanggang), oksidasi pada tekanan tinggi, penggunaan larutan asam digabung dengan operasi pada tekanan tinggi. Akan tetapi sepertinya metode tersebut terlalu kompleks dan sulit untuk diterapkan di tambang skala kecil, selain juga faktor keselamatan juga perlu untuk diperhatikan. Karena itu saya hanya menyebutkan saja beberapa variasi metode yang kira-kira mudah untuk diaplikasikan seperti contoh di atas.

 

Mungkin ada yang bertanya, bila semua usaha di atas sudah dilakukan tetapi hasil rekoveri masih rendah, lalu bagaimana? Jawaban saya, ya berarti itulah rejeki Anda.. hehe.. ya maksud saya berarti saatnya Anda memperhitungkan nilai ekonomis dari bijih yang akan diolah. Karena pada dasarnya rekoveri itu hanya sebuah angka yang sifatnya relatif. Ujung-ujungnya ya  dipakai untuk menghitung laba-rugi juga.

 

 

Sekian, terimakasih.

Posting Komentar

1 Komentar