Pengaruh ukuran produk crusher terhadap kinerja pabrik pengolahan

PENGARUH UKURAN PRODUK CRUSHER TERHADAP KINERJA PABRIK PENGOLAHAN

 

Oleh Nizar dan Hilman

 

Bismillah

 

“Tulislah yang kamu tahu”

 

Adalah sesuatu hal yang umum bahwa pabrik pengolahan mineral akan memiliki suatu unit sirkuit kominusi sebelum sirkuit ekstraksi. Sirkuit kominusi sendiri bertujuan untuk memperkecil atau mereduksi ukuran bijih hasil penambangan sebelum dikirim ke pabrik pengolahan, khususnya ke unit sirkuit ekstraksi. Seperti yang diketahui bahwa ukuran bijih yang keluar dari pit sangat beraneka ragam, mulai dari lumpur, kerikil atau batuan sebesar kepalan tangan bahkan hingga bongkahan berukuran sekian meter. 


sirkuit milling dan crushing


Sirkuit crusher dan milling 

Sumber: dokumen pribadi, indiamart.com


Secara singkat, esensi dari kebutuhan untuk mereduksi ukuran bijih adalah:


·  Menyesuaikan ukuran bijih yang diolah dengan kapasitas alat pengolahan yang terpasang di pabrik. Setiap alat pengolahan memiliki ukuran maksimal umpan material yang dapat diterima.

·  Sebagai langkah awal dari proses ekstrasi mineral itu sendiri, yaitu dengan membebaskan mineral berharga dari pengotornya sehingga mineral tersebut akan terekspos dan nantinya dapat bereaksi dengan pelarut atau bahan kimia di proses ekstraksi selanjutnya.


Sirkuit kominusi pada umumnya terdiri dari dua tahapan, yaitu sirkuit peremukan (crushing) dan sirkuit penggilingan (milling). Kedua sirkuit ini umumnya akan selalu ada, kecuali mungkin pada proses pengolahan mineral yang menggunakan sistem heap leach dimana memang bijih hasil peremukan langsung ditumpuk pada stockpile dan diekstraksi dengan siraman air sianida. Adapun pada pabrik pengolahan mineral yang mentargetkan pada pengolahan material dengan ukuran yang lebih halus maka keberadaan sirkuit penggilingan akan dibutuhkan.


Secara umum, sirkuit peremukan akan disusun secara seri dengan sirkuit penggilingan dimana hasil produk sirkuit peremukan akan menjadi umpan bagi sirkuit penggilingan. Hal ini sesuai dengan kaidah bahwa proses reduksi ukuran harus dilakukan secara bertahap agar dicapai hasil yang optimum baik dari segi kualitas (ukuran produk akhir) maupun kuantitas (laju tonase). Bayangkan, bagaimana caranya mereduksi suatu batu berukuran 1 meter (1,000,000 mikron) hingga menjadi 100 mikron dengan hanya menggunakan satu alat saja. Hampir tidak mungkin, kalaupun mungkin maka dipastikan waktu tinggal material di dalam alat tersebut akan sangat lama dan berpotensi terjadinya penumpukan material dan menurunkan laju produksi. 



Contoh Sirkuit peremukan dan penggilingan

Sumber: https://www.srk.com/en/publications/gold-fields-granny-smith-grinding-circuit-a-metallurgists-journey-of-progression


Dikarenakan penempatan sirkuit secara seri maka ukuran produk hasil sirkuit peremukan akan berpengaruh terhadap kinerja dari sirkuit penggilingan selanjutnya. Semakin besar ukuran produk sirkuit peremukan, semakin berat beban kerja dari sirkuit penggilingan yang tentunya akan berpotensi menghasilkan ukuran produk final yang tidak sesuai target, laju tonase yang menurun atau bahkan kebutuhan energi penggilingan yang semakin besar. Tambahan informasi, di tempat penulis bekerja saat ini, kebutuhan energi di sirkuit penggilingan dapat berkisar hingga 40x dibandingkan kebutuhan energi di sirkuit peremukan. Cukup wajar, mengingat sirkuit peremukan hanya memiliki rasio reduksi sekitar 6:1, sementara sirkuit penggilingan memiliki rasio reduksi hingga 2000 : 1.


Berikut penulis coba berbagi contoh kasus pengaruh dari ukuran produk hasil sirkuit peremukan terhadap kinerja sirkuit penggilingan. Tampilan 2 grafik di bawah ini menunjukkan data ukuran produk hasil sirkuit peremukan yang dinyatakan dalam p80 (mm) dan juga data grafik laju tonase di sirkuit penggilingan (grafik bawah) yang dinyatakan dalam ton per jam. Data yang diplot diambil dalam rentang waktu 30 jam operasi pabrik dan kita coba bagi dalam 3 periode sesuai dengan pembatas garis merah. 


plot data hasil ukuran produk crusher dan tonase pabrik

Dari perbandingan kedua grafik (atas dan bawah), untuk periode pertama dapat dilihat bahwa pada saat ukuran produk hasil crushing berada pada angka 225-240 mm, maka laju tonase di sirkuit penggilingan terlihat tidak stabil dengan variasi nilai 400-450 ton per jam. Adapun pada periode kedua, pada saat ukuran produk hasil crushing lebih kecil sekitar 175 – 200 mm maka laju tonase sirkuit penggilingan terlihat lebih baik pada angka 500-550 ton perjam. Selanjutnya pada periode ketiga, ketika ukuran hasil produk sirkuit crushing lebih kecil lagi dikisaran 160-170 mm maka tonase di sirkuit penggilingan terlihat lebih stabil dan mencapai angka yang lebih tinggi yaitu dikisaran 620 – 625 ton perjam. Dari pengamatan data di atas, terbukti bahwa ketika ukuran material produk sirkuit crushing lebih optimum (baca: kecil) maka beban kerja di sirkuit penggilingan akan lebih ringan sehingga dapat mencapai laju tonase yang lebih tinggi dan juga stabil.

 

Sekian untuk sharing kali ini.

Posting Komentar

0 Komentar