Tahapan pengolahan emas sianida 1

Tahapan Pengolahan Emas dengan Metode Sianidasi dan Karbon (1)


Oleh Nizar A K

Bismillah

12 -16 Maret 2020


Berbicara soal pelarutan emas dengan larutan sianida maka kita dapat membayangkan bijih emas yang dicampur dengan air hingga membentuk lumpur di dalam suatu tanki. Sianida lalu ditambahkan ke dalam lumpur tersebut bersamaan dengan dilakukannya pengadukan untuk membantu reaksi kimia. Emas yang terlarut dan terikat oleh sianida lalu diserap ke dalam karbon aktif.

Dalam bahasa industri, proses tersebut disebut dengan proses pelindian.

Jangan membayangkan bijih emas yang diperoleh dari tambang sudah berukuran halus yang seragam, sehingga hanya perlu ditambahkan air saja untuk membentuk lumpur bijih. Kenyataannya, bijih emas adalah campuran dari tanah dan batuan besar hingga berukuran 2 meter. Jelas tidak mungkin bila kita membayangkan bahwa bijh tersebut langsung dimasukkan ke dalam tanki dan diaduk. Bagaimana caranya mengaduk batu berukuran 2 meter di dalam tanki? Selain itu, bila emas tersembunyi di dalam batu, bagaimana cara sianida bisa melarutkannya ?

Oleh karena itulah ada tahapan-tahapan yang perlu ditempuh sebelum proses pelindian dapat dilakukan. Sebagai contoh, mari ambil diagram alir pengolahan emas pada suatu pabrik pengolahan emas di lokasi penulis bekerja saat ini sbb: 

diagram alir pengolahan emas

Contoh diagram alir pengolahan emas
(sumber dokumen pribadi)

Cukup rumit ya, apalagi bagi yang pertama kali mengenal diagram alir pengolahan emas. Untuk bentuk yang lebih sederhana dapat saya tampilkan sbb:




Baik, untuk penjelasan masing-masing sirkuit adalah sebagai berikut:

    • Crushing (peremukan)


Tahapan ini berperan untuk meremukkan bijih dari tambang sebelum dimasukkan ke sirkuit penggilingan. Bijih dari tambang merupakan campuran antara tanah dan batuan yang dapat berukuran hingga 1 -2 meter. Jelas tidak mungkin untuk langsung diolah di sirkuit penggilingan.Tahap peremukan dilakukan dengan menggunakan alat crusher. Di lokasi penulis bekerja saat ini, kami menggunakan tipe gyratory crusher dengan target produk hasil peremukan maksimal berukuran 15 cm. 





Gambar gyratory crusher
Produk hasil peremukan umumnya akan ditimbun dulu di stockpile sebelum diumpankan ke pabrik penggilingan bijih. Proses transportasi dari crusher menuju stockpile biasanya menggunakan konveyor yang terkoneksi dengan bagian bawah dari crusher.

stokpile hasil peremukan


Belt konveyor dan stokpile bijih hasil peremukan
(sumber dokumen pribadi)


Parameter yang diatur pada sirkuit crusher antara lain:
  • Besar ukuran max batuan yang dimasukkan ke dalam crusher. 
  • Setting bukaan alat crusher. Untuk menentukan target produk crusher yang diinginkan

    • Milling (penggilingan)


SIrkuit penggilingan lebih kompleks daripada sirkuit crusher dikarenakan sirkuit ini merupakan kombinasi dari berbagai macam alat. Secara umum sirkuit penggilingan terdiri dari dua alat utama, yaitu:

  • Mill (alat penggiling) dan
  • Alat klasifikasi (berupa ayakan getar atau hidrosiklon)


Mill (alat penggiling) dapat terdiri dari beberapa alat. Mill tersebut dapat dioperasikan secara seri ataupun paralel tergantung dari design awal. Pada umumnya, minimal ada 2 Mill yang beroperasi, yaitu SAG Mill sebagai primary grinding dan Ball Mill sebagai secondary grinding. Tahapan primary dan secondary didasarkan fakta bahwa proses penggerusan dari ukuran skala mm menjadi butiran halus berskala mikron mesti dilakukan secara bertahap.



Gambar di atas menunjukkan pabrik pengolahan yang menggunakan 3 Mill sebagai primary, secondary dan tertiary grinding. Pada setiap tahap secondary dan tertiary grinding, sirkuit ditempuh dengan metode sirkuit tertutup menggunakan alat klasifikasi hidrosiklon. Untuk penjelasan mengenai alat klasifikasi hidrosiklon, silahkan merujuk kepada artikel hidrosiklon di blog yang sama.

Parameter yang diatur dalam sirkuit penggilingan antara lain:


  • Besar ukuran bijih produk dari sirkuit crusher. Semakin besar bijih umpan, makin besar pula energi yang dibutuhkan di sirkuit penggilingan.
  • Nilai %padatan lumpur yang ditargetkan pada saat pencampuran bijih dan air. Umumnya proses di sirkuit penggilingan dilakukan melalui proses basah, karena itu kebutuhan air di sirkuit ini harus diperhitungkan dalam neraca massa.
  • Nilai ukuran produk hasil penggerusan yang diinginkan. Semakin halus target maka semakin besar usaha (energi motor) yang dibutuhkan.
  • Penambahan bola baja sebagai media penggerus di dalam Mill.
  • Setting alat klasifikasi. Misalkan ukuran vortex-spigot atau tekanan operasi pada hidrosiklon. Untuk alat klasifikasi ayakan getar, biasanya yang diatur adalah bukaan lubang ayakan
  • Setting daya listrik yang diberikan kepada alat Mill. Ini nanti berhubungan dengan kebutuhan nilai work index operasi pabrik.

bersambung....

Posting Komentar

1 Komentar