Kuantitas dan Kualitas Pada Pabrik Pengolahan Mineral

Antara Kuantitas dan Kualitas Pada Pabrik Pengolahan Mineral




Oleh Nizar A K

Bismillah



Bicara soal produksi, tentunya tidak lepas dari istilah kuantitas dan kualitas. Begitu juga dalam dunia metalurgi di industri pertambangan. Dalam industri pertambangan, contohnya dalam  pabrik pengolahan mineral, istilah kuantitas diwakili oleh banyaknya bijih yang diolah atau diumpankan ke dalam pabrik pengolahan. Adapun kualitas diwakili oleh seberapa tinggi tingkat perolehan atau rekoveri dari mineral berharga yang terkandung di dalam bijih yang diolah tersebut. Rekoveri ini dihitung dari persentase mineral berharga yang dapat diambil/direkover dibandingkan dengan total mineral berharga yang diumpankan ke dalam pabrik pengolahan.

Hitungan produksi sebuah pabrik pengolahan diperoleh dari hasil kali antara angka kuantitas dan kualitas di atas. Sebagai contoh, pabrik pengolahan mengolah 10.000 ton bijih per hari dengan kadar 2 gr/ton emas dan nilai rekoveri emas 90%. Maka produksi emas per hari pabrik tersebut dapat dihitung sbb:

10.000 ton bijih X 2 gr/ton emas X 90% = 18 kg emas per hari.

Melihat sekilas dari formula di atas, maka semakin besar volume bijih dan rekoveri, atau kita sebut kuantitas dan kualitas, maka semakin besar juga produksi emas yang diperoleh. Inilah kondisi ideal yang tentu saja menjadi target utama dari semua industri, dimana kuantitas dan kualitas naik secara bersamaan. Apakah itu bisa dilakukan? tentu saja bisa, hanya saja biasanya dibutuhkan investasi besar yang berhubungan dengan penambahan peralatan. Dan tugas metallurgist salah satunya adalah menentukan apa saja investasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan tambahan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas. 

Sebagai contoh kasus, misalkan suatu pabrik pengolahan emas dengan kondisi operasi awal sbb:

Kapasitas pengolahan                        : 10.000 ton bijih per hari
Kadar emas                                      : 2 gr/ton
Ukuran bijih hasil penggilingan : 100 mikron
Rekoveri emas saat ini                       : 88%
Waktu tinggal bijih di sirkuit pelindian : 24 jam

Selanjutnya, manajemen menghendaki agar pabrik di tahun depan dapat meningkatkan volume pengolahan bijih sebesar 10% dan juga meningkatkan rekoveri emas sebesar 2%. Apa yang harus dilakukan metallurgist? Jawabnya, tentu saja kembali Lab untuk test work hehe..  Harap ingat, sebesar apapun pabrik, semuanya berawal dari sebuah ruangan kecil yang bernama Lab.

Kembali ke contoh kasus di atas, misalkan dari hasil uji di lab diperoleh hasil bahwa dengan menambah waktu maka pelindian dari 24 jam ke 32 jam, dengan parameter pelindian yang sama, maka akan diperoleh peningkatan rekoveri emas sebesar 2%. Itu artinya, metallurgist tinggal menghitung berapa kapasitas volume tangki pelindian yang harus ditambahkan agar waktu tinggal di sirkuit bertambah 8 jam. Tentunya dengan memperhitungkan juga perubahan tonase bijih dari 10.000 ton bijih/hari menjadi 11.000 ton bijih/hari. Apakah cukup dengan penambahan tangki? Ternyata tidak, rupanya dengan penambahan jumlah bijih yang diolah maka ada kemungkinan produk hasil penggilingan akan lebih kasar dari ukuran semula 100 mikron. Semakin kasar hasil penggilingan, artinya derajat liberasi mineral berharga juga akan menurun dan dapat berimbas ke penurunan rekoveri. Lalu apa yang harus dilakukan? ya artinya metallurgist harus melakukan studi lagi bagaimana mempertahankan derajat kehalusan hasil penggilingan bijih pada kondisi tonase bijih yang lebih besar. Apakah dapat dilakukan dengan melakukan optimasi terhadap alat yang sudah ada atau harus menambah alat baru, misal instalasi Ball Mill baru.

Lain halnya bila permintaan yang dibuat lebih sederhana, misalkan bagaimana meningkatkan rekoveri pengolahan pada kapasitas volume pengolahan bijih yang sama? Tentunya ini lebih simpel. Maka untuk kasus diatas, kita bisa cukupkan dengan hanya penambahan tangki pelindian misalnya. Atau bisa juga dengan penambahan alat baru dengan investasi yang lebih rendah, misalnya penambahan oksigen plant untuk injeksi oksigen murni ke sirkuit pelindian. Selain itu bisa juga dengan penambahan bahan kimia tertentu seperti lead nitrat, hidrogen perokside atau juga menambah konsentrasi sianida. Semuanya dapat diuji terlebih dahulu melalui test di lab. 




Foto Oksigen Plant penghasil gas oksigen kemurnian 90%


Sebaliknya, terkadang ada juga perusahaan yang lebih memilih menaikkan volume produksi dengan mengorbankan rekoveri pengolahan. Ini biasa terjadi pada perusahaan dengan kondisi cadangan yang makin menipis dan kadar biijh yang semakin menurun atau perusahaan yang butuh cashflow besar. Dalam kondisi seperti itu, perusahaan memilih untuk mempercepat umur tambang untuk mengurangi biaya operasional tahunan. Apakah untung? Ya tentu untung saja, bila tidak mana mungkin dijalani hehe. 

Contohnya perusahaan akan menaikkan volume pengolahan bijih hingga 10-15% dengan melakukan optimasi pada alat yang sudah terpasang atau melakukan sedikit modifikasi. Biasanya yang jadi sasaran seperti upgrade ukuran pompa, merubah ukuran pipa, upgrade motor pompa, memperbesar ukuran alat klasifikasi dll yang mana biaya investasinya masih lebih rendah dibandingkan harus menambah alat baru seperti Mill atau tangki pelindian. Konsekuensi yang umum terjadi contohnya seperti efektifitas sirkuit penggilingan akan menurun sehingga hasil produk penggilingan akan lebih kasar atau juga waktu tinggal di sirkuit sianidasi akan lebih singkat. Jelas bahwa rekoveri akan turun, mungkin sekitar 2-3%. Tapi intinya tetap lebih untung dari sisi cashflow karena ada kenaikan volume produksi 15% meskipun rekoveri terpotong misal 3%, jadi masih surplus 12%. Begitulah kira-kira gambaran kasarnya. 


grafik kenaikan produksi

Ilustrasi grafik kenaikan produksi dan penurunan rekoveri


Yah begitulah kira-kira gambaran antara kualitas dan kuantitas di dunia pengolahan mineral. Yang bikin ribet adalah bilamana metallurgist terjebak di antara dua kepentingan yang berbeda. Sebagai contoh, di satu sisi kadang perusahaan menuntut kuantitas (ingin tambang cepat tutup agar biaya operasional lebih kecil), di satu sisi pemerintah menuntut adanya konservasi mineral.

Posting Komentar

0 Komentar